Been a week since we heard the bad news from my obgyn.
Senin minggu lalu, saya dan merdi ke Brawijaya Hospital buat monthly check up baby #2. Harusnya usia kandungan saya udah memasuki minggu ke 12. Alias tepat 3 bulan. Ngobrol 3 menit sama dokter nurwansyah, trus disuruh naik ke tempat tidur buat USG.
Boom!!! Seperti kejatuhan benda 1000kg di kepala waktu dokter bilang
"Waaaah sepertinya blighted ovum ini. Tapi saya mesti check dari dalem buat make sure...".
Perasaan saya waktu itu cuma kaget, dan bingung. Ngeliat ke Merdi, raut mukanya juga tampak shock dan lesu. Sekilas saya sempet denger dia bergumam "yaaaah,,"
So there.. No baby. My obgyn has confirmed it. Tepat sebulan setelah tau kalo saya hamil lagi. Funny thing is, i did see this coming!!! *believe it or not*.. Mungkin ini yang namanya feeling seorang ibu ya..
Okay doc, what's next??
Selanjutnya di jelasin sama dokter nurwansyah kenapa bisa blighted ovum. Salah satu penyebabnya karena kelebihan kromosom ketika proses pembentukan. Yang harusnya jumlah kromosom manusia itu 46, dalam kasus blighted ovum jumlahnya ada 47. Sehingga janin nggak berkembang.
Dokter nurwansyah bilang blighted ovum tersebut harus dikeluarkan. Secara alami, nantinya akan keluar sendiri seperti pendarahan karena keguguran. Tapi waktunya nggak jelas kapan. Saran dokter, lebih baik dikeluarkan secepatnya, biar nggak jadi penyakit. Pilihannya waktu itu antara minum obat untuk gugurin kandungan, atau di kuretase (curretage surgery). Kalo minum obat, efeknya bisa kram perug hebat dan darah yang keluar bisa berbentuk gumpalan-gumpalan ( iiih keburu pingsan kali saya kalo ngeliat darah keluar kaya gitu). Jadi akhirnya saya dan merdi putuskan untuk operasi kuretase aja. Lebih aman, cepet bersih dan nggak pake rasa sakit sama sekali, soalnya di bius total. Minusnya, lebih mahal! Yah untung segala pengeluaran medical di tanggung kantornya merdi. Jadi kami nggak pusing..
Operasi kueratse di jadwalkan esok harinya. Saya juga males nunggu lama-lama, karena efek mual masih ada sedikit.
In sum, operasi berjalan lancar. Saya di bius total kurang lebih sekitar 45menit. Merdi nemenin selama operasi berlangsung, yang cuma 10 menit doang. And i thanked him for that. Disaat kebanyakan suami nunggu diluar karena takut trauma dengan suara dari alat kuretnya, merdi milih untuk tetap stay sama saya di dalam ruang. Reason to love him more and more!
There is an old sayin' "you dont know what you've ot until it's gone". Ternyata pepayah itu benar. Malam hari setelah pulang ke rumah, baru saya ngerasain sedih banget. There is no baby inside me... Akhirnya nggak tahan juga untuk nangis di pelukan merdi.
Ternyata bukan cuma saya aja yang kecewa berat. Merdi lebih kecewa dan sedih dari saya sejak dia dengar bad news dari dokter nurwansyah *Hmmm pantesan ya sepanjang hari mukanya merdi kaya mau makan orang, hahahaha*.. Malahan menurut dia, saya lebih tegar dari dia ketika dokter ngasih kabar buruk itu. emang sih sejak pulang dari rumah sakit, sampai detik-detik mau di kuret, saya santai banget. Saat itu saya bener-bener ngerasa ikhlas dan belum dikasih rejeki untuk anak ke-2. Nggak pake bete, nggak pake nangis-nangis.... Tapi menjelang malam hari mau tidur, baru terasa sedihnya. Dan puncaknya ketika bangun pagi besoknya, first thing in my mind was, no baby inside me now.... Damn!
Anyway, time will heal...
Dan Kalo Tuhan belum ngasih, berarti emang jalannya seperti ini. And i believe, there must be something in disguise...
Apr 8, 2013
Rest in Peace Baby No.2
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 lullabies from others:
Post a Comment