Konon petuah bijak orang tua jaman dulu bilang katanya "anak bawa rejeki"...
Klise dan rasanya mustahil ya kalo dipikir pake logika awam. Yang ada calon-orang-tua-baru biasanya malah panik mikirin biaya ini itu. Bayi kan high maintenace. Hiiiii....
Tapi ternyata petuah bijak itu benar adanya. Yah, setidaknya sampai saya mengalami sendiri.
Awalnya waktu masih hamil muda, sempat panik sedikit dan bingung dengan biaya bayi yang melunjak. Bayangin aja, artinya saya dan suami harus punya tabungan jangka pendek untuk (minimal) vaksin 5 macem yang disyaratkan pemerintah, belum lagi harus beli baby box, stroller, car sear dan diapers yang harganya lumayan menguras kocek. Trus, kalo si baby sakit (dan katanya baby itu masih rentan terserang penyakit, minimal demam ya?) biayanya juga bakal besar, karena pasti kita ingin yang terbaik buat baby kita. Nggak termasuk pembicaraan biaya jangka panjang: biaya sekolah anak!
Bukannya hidup kami selama ini berkekurangan, malah untuk hidup berdua, lebih dari cukup-lah. Tapi begitu ada baby, rasa-rasanya keuangan kami kok tiba-tiba jadi pas-pasan untuk seorang baby.
Sampai akhirnya saya dan suami berpasrah diri aja ke Tuhan sambil tetap berdoa dicukupkan rejekinya buat si baby.
Percaya ga percaya, ternyata emang ada jalan sendiri buat si anak ini. Terlepas dari kebenaran petuah orang tua jaman dulu, atau memang sudah seperti inilah jalannya; semakin dekat baby kami lahir, semakin ada rejeki baru yang kami terima. Dan lucunya, rejeki itu memang datangnya nggak disangka-sangka.
Saya (Alhamdulillah) bisa naik jabatan di kantor di awal tahun ini, dan nggak tanggung-tanggung, langsung bisa loncat 2 grade sekaligus dari jabatan saya sebelumnya. Artinya, salary dan fasilitas-fasilitas yang saya terima juga bertambah.
Merdi, juga (Alhamdulillah) mendapat offer bagus di sebuah oil company asing di awal bulan ini. Artinya, rejeki si baby juga bertambah lagi dan lagi. Dan yang jelas, Merdi bakal punya waktu banyak untuk bisa spend time waktu dengan si baby nantinya, karena jam kerja di oil company jauh lebih masuk akal di banding jam kerja lawyer.
Singkat kata, rasanya nggak ada salahnya kita percaya petuah-petuah bijak orang tua jaman dulu, mengingat para anak-anak muda jaman sekarang sepertinya banyak yang menganggap remeh perkataan nenek kita. Padahal nenek-nenek kita itukan udah makan asam garam dan lebih tau tentang kehidupan, walaupun pendidikan mereka nggak tinggi sampe S2. Setidaknya, kita bisa mengambil dan menyaring perkataan mereka, mana yang baik, benar dan bisa dijalankan, dan mana yang cuma sekedar mitos turun temurun.
Ohya, satu lagi.... tetap berdoa dan bersyukur atas setiap rejeki yang kita terima. Jangan pernah mengeluh dan komplain, apalagi membanding-bandingkan dengan orang lain...
Mar 2, 2010
Petuah Ompungku Dulu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 lullabies from others:
Post a Comment