Jun 8, 2009

Keep Your Enemy Close But Keep Your Dive Buddy Closer




*Us, exploring USS Liberty Wreck, tulamben may 2007*

Banyak hal yang bermanfaat yang saya dapat dari diving. Diving bagi saya bukan sekedar senang-senang, bukan cuma sekedar fun sport. Diving bukan cuma sekedar hobi, tapi diving adalah bagian dari hidup saya, jiwa saya.

Diving mengajarkan bagaimana caranya menghargai alam. Menghargai teman satu team/dive buddy. Dan yang paling penting, diving mengajarkan saya cara mengontrol diri dari panik.

Suatu ketika, saya pernah mengalami masalah di dalam laut ketika dive. Saat itu saya sedang menyelam di salah satu spot dive di Bunaken yang merupakan palung laut dan berada di kedalaman 20m dari permukaan laut dengan current yang agak kencang. "Gauge" atau alat untuk membaca udara dalam tangki saya menunjukkan sisa udara kurang dari 10bar. Nggak lama kemudian, kaki kanan saya mulai kram. Udara yang saya hirup mulai terasa berat dan dada saya mulai sakit. Pikiran yang pertama kali menguasai otak saya adalah tetap tenang dan tidak boleh panik. Sebisa mungkin saya mengontrol pernafasan saya dari udara yang tinggal sedikit itu dan mulai berpikir bagaimana caranya saya memanggil dive buddy saya yang kebetulan berada 5m di depan saya. Akirnya saya memutuskan untuk bergerak ke arah "dead coral" dan berpegangan disana dengan kondisi kaki kanan kram. Dengan kedalaman 20m, udara di tangki saya tidak akan cukup mencapai permukaan laut. Karena saya masih harus melakukan "safety stop" di kedalaman 15m selama kurang lebih 5menit untuk membuang kadar nitrogen dalam darah saya. Saya tidak boleh langsung naik kepermukaan atau mengembangkan BCD (pelampung yang terhubung dengan tangki udara) saat itu juga karena resikonya paru-paru saya bisa pecah karena perubahan tekanan yang besar dan kadar nitrogen yang ada dalam darah saya masih cukup banyak.


*turtle in lekuan 1, bunaken*


Soon setelah saya mencapai coral untuk berpegangan, saya berusaha menarik perhatian dive buddy saya yang berada di depan saya dengan mengetok-ngetok besi pointer saya ke tangki. Biasanya suara ketokan itu bisa terdengar sampai jarak 7m, tergantung kondisi air dibawah. Untung dive buddy saya cukup aware dan langsung mencari sumber suara. Saat dia melihat ke arah saya, secepat itu juga saya memberi signal bahwa saya "out of air", dan udara di tangki saya kurang dari 10bar. Saya juga memberi kode ke dive buddy bahwa saya butuh share air dari tangki dia dan secepatnya melakukan safety stop di 15m dan langsung naik ke permukaan. Untungnya udara di tangki dive buddy saya masih ada sekitar 30bar, dan dia langsung memberikan octopusnya ke saya (octopus: secondary/back up regulator yang terhubung dengan tangki). Akhirnya kami bisa melewati safety stop di kedalaman 14m selama 5menit dan naik ke permukaan dengan selamat.


Pengalaman diving tersebut sangat berharga dan mengajari saya nilai-nilai penting atas diri sendiri dan dive buddy. Bagaimana kita menghargai diri sendiri dengan mengontrol kepanikan agar bisa menyelamatkan diri sendiri dan bagaimana kita menghargai peran dive buddy yang begitu penting dalam menyelam. Menghargai nggak hanya dalam keadaan "emergency", tapi setiap detik ketika sedang berada di bawah laut. Cobalah untuk selalu stay close dengan dive buddy kita di kedalaman berapapun, karena semuanya bisa terjadi.

Saya beruntung mempunyai teman-teman satu team yang begitu hebat..
Dan saya sangat beruntung mengenal dunia dive, dunia bawah laut yang belum tentu bisa dinikmati oleh semua orang....


*beautiful bunaken*


Terimaksih Tuhan untuk semua pengalaman dive yang saya dapat selama ini...

0 lullabies from others: