Jun 1, 2009

We've Been Married Nearly 6 Months!

Yes, 13 Juni nanti tepatnya. Perasaan sepertinya baru kemarin saya dan suami sibuk ngurus ini itu untuk persiapan pernikahan. Ternyata waktu cepat berputar.

Speaking of pernikahan kami, saya baru sadar selama ini nggak pernah hanya ada 1 postingan cerita mengenai pernikahan kami. Itu juga sepintas lalu... Emang sepertinya saya terlalu malas untuk meng-update-nya disini. Alasan lain, kami masih menikmati kehidupan pengantin baru... ahahahaha... Setelah blog walking di beberapa blog teman saya yang sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya, saya pikir-pikir lucunya juga kalo saya tulis cerita pengalaman saya sama suami.. walaupun uda lewat. Better late than never *wink*


Mari kita bernapak tilas ke beberapa tahun silam, sebelum akhirnya sampe pada keputusan pernikahan...


HOW WE MET...

Sekitar tahun 2002. Kalau saya nggak salah pertengahan tahun, akhir mei atau awal juni. Saya agak telat "ngeh" dengan suami saya...*sorry schats *. Waktu itu ujian akhir Hukum Acara Perdata. Ada senior sok cool duduk di depan saya. Saya pikir dia angkatan tua yang sedang ngulang mata kuliah hehehe. Tapi setelah lirikan ke dua, mata saya baru nyadar kalo pria ini emang sebenarnya cool dan ehmm... handsome menurut versi saya :). All and all, i think i was in love with him at second sight.

Akhrinya teman main saya yang kebetulan juga temen main dia, Nency, jadi match maker buat kami berdua, setelah iseng-iseng saya nyalamin dia lewat Nency... (hahaha untung salam saya di sambut dan berbalas dengan baik dari Merdi waktu itu :P)

Later, setelah saya merit dengan Merdi, saya baru tau dari salah seorang sahabatnya, Bram, bahwa sebenarnya suami saya ini udah mulai "ngegebet" saya sejak saya semester 1, which means 3 tahun sebelum kami berkenalan. Suami saya malah udah "ngeh" sama saya ketika waktu itu nggak sengaja kita lagi sama-sama ngantri di ATM Borma Setiabudi, dan bahkan pernah 1 kereta dari Bandung ke Jakarta. Tapi jujur aja waktu ditanya, saya nggak inget sama sekali tuh...
Terimakasih Bram, udah ngebuka rahasia Merdi selama ini, hihihihi... Pantesan waktu saya salamin dia beberapa tahun kemudian, dapat sambutan hangat!



THE DATING

Setelah kenalan, kita nggak langsung mulai status pacaran. Kebetulan waktu itu saya udah punya pacar. Hahahaha naughty me! Tapi kondisi pacaran saya waktu itu agak-agak memprihatinkan, jadi saya pikir, kenapa harus setia sama pacar saya ya? Hahahaha...


Sejak kenal sama suami saya, hubungan kita mulai dekat. Tapi masih berstatus teman-dekat-tapi-nggak-mesra2-amet hehehe.. Kadang-kadang kami suka pergi makan bareng, nonton dan sering telfon-telfonan. Acara date sama suami saya nggak romantis standar dilakukan cowo-cowo. Pernah suatu kali, sekitar bulan juni 2002, dia ngajak saya makan martabak di wind tunnel kampus sambil liat bintang-bintang. Nggak perlu restoran/cafe mewah dengan candle light dinner. Tapi cara-cara lain yang dia lakukan justru meninggalkan memori dikepala saya. Memori lain yang juga nempel dikepala saya, waktu saya mau pulang ke Duri, dia tiba-tiba dateng ke Hilton (tempat saya nginap), hanya karena pengen ketemu sebelum saya liburan panjang ke luar negeri... *pengakuan dia later: "kan diluar negeri ga bisa sms-an"... hahaha emang sih jaman dulu provider hp rada-rada sulit buat nyambung ke luar negeri*


Anyway, sejak kami kenal dan dekat, hubungan kami nggak selalu mulus. Seperti roller coaster, ada ups and downs-nya juga. Sebenarnya sejak 2004 awal kami udah pacaran, tapi nggak kaya ABG, nggak pake kata jadian. Tapi lucunya, tanggal 14 februari 2005 (nggak sengaja looh), baru akhirnya kami punya tanggal jadian resmi. Nah loh.. jadi selama ini apa dong? Selama ini moto kami "aku suka kamu suka sudah jangan bilang siapa-siapa" hahahahahaha...


Sejak pacaran resmi di 2005, kami udah memutuskan untuk serius. Mungkin karena waktu itu udah kerja dan udah mulai mikir masa depan. Pembicaraan mengenai marriage udah ada dalam agenda kami, cuma berhubung duit belum banyak, jadi kami belum berani maju, apalagi maju ke orang tua. Lagian waktu itu rencananya saya mau lanjut sekolah di Belanda *yang akhirnya nggak pernah tercapai akibat kelalaian saya..hiks*. Target menikah ketika itu sekitar 2 tahun dari 2005. Manusia boleh berencana, tapi Tuhan yang menentukan.

Akhirnya sekitar februari akhir 2008, suami saya ngajak saya menikah paling telat di Desember 2008. Waktu itu saya pikir jaraknya lumayan sempit, mengingat biasanya orang-orang nyiapin pernikahan 1 tahun sebelum. Tapi setelah pembicaraan mateng dan obrolan dengan orang tua, akhirnya kami semua siap tempur!


THE ENGAGEMENT DAY

Acara lamaran/tunangan kami nggak seperti biasanya dilakukan pasangan-pasangan yang mau nikah. Setelah kesepakatan keduabelah pihak orang tua, akhirnya acara lamaran dilakukan tanggal 15 Mei 2008. Orang tuanya Merdi dateng ke rumah orang tua saya di Medan, tanpa didampingi merdi dan saya. Yes, lamaran/pertemuan/tunangan kami hanya dilakukan oleh kedua orang tua kami dan sodara sangat dekat. Lamaran kami juga tanpa cincin. Sebenarnya ada beberapa alasan kenapa acara ini dilakukan dan hanya dihadiri kedua orang tua saja tanpa kami; CPP dan CPW:

1. untuk nyesuaikan tanggal nggak gampang mengingat orang tua merdi nggak berdomisili di Indonesia, dan orang tua saya yang saat ini berdomisili di Medan. Mungkin pertemuan 2 keluarga akan lebih gampang jika sama-sama 1 kota. Kebetulan juga orang tuanya nggak bisa lama-lama di Indonesia, karena kerjaan menanti di luar sana.

2. Tanggal 15 Mei itu adalah hari ke 2 saya bekerja di kantor baru, CBA group.
artinya saya nggak bisa seenaknya ambil izin pulang 2 hari apalagi cuti. Bisa-bisa saya nggak lulus probation jadinya. Demi masa depan, lebih baik saya nggak ikut ke Medan.

3. Merdi yang tiba-tiba juga dapet kerjaan mendadak dari client *embel-embel marked URGENT*, yang akhirnya dia terpaksa stay di Jakarta.

Nevermind, biar adil, akhirnya kita berdua nggak ikut ke Medan. Urusan lamaran, leave it to our parents.

Acara lamaran berlangsung lancar. Sore-sore saya dapet update dari bapak saya mengenai proses acaranya. Alhamdulillah. Sore itu juga orang tua dan keluarga Merdi terbang ke Jakarta karena masih harus melakukan medical check up sebelum terbang lagi.

Acara lamaran kami juga nggak pake tukar cincin, karena:
1. CPP dan CPW aja nggak ditempat
2. Orang tua saya penganut paham Asia dan Islam kental untuk urusan lamar-nikah, yang nggak kenal dengan acara "tukar cincin". Padahal kalau dipikir-pikir bapak saya WNA Belanda yang hijrah jadi WNI, tentunya menganut paham tukar cincin. Tapi ternyata bapak saya setuju bahwa itu bukan cara-cara islam.
3. Orang tua saya *lagi-lagi* nggak setuju dengan jarak waktu lamaran yang terlalu jauh dengan perkawinan. Pamali katanya. Percaya nggak percaya sih. Pengalaman, beberapa orang yang kita kenal akhirnya nggak jadi nikah karena jarak yang terlalu lama ini. Kalau kata orang Melayu, "darahnya manis". Mungkin maksudnya disini, tiap orang yang mau nikah, pasti banyak banget godaannya. Bisa-bisa malah bikin putus ditengah jalan. Dan ternyata ketika persiapan nikah, sering banget saya dan suami nggak sependapat, yang akhirnya bikin kita ribut. Tapi untungnya the worst case itu nggak terjadi.



THE WEDDING PRERARATION

Seperti yang udah pernah saya post sebelumnya, persiapan merit kami semuanya cepat kilat. Mulai dari gedung sampai printil-printil nggak penting.

Atas pertimbangan orang tua, akhirnya kami sepakat untuk melangsungkan pernikahan di Hotel. Alasannya, biar simple pada hari H. Semua pihak bisa nginep di hotel yang sama, untuk meminimaliskan keterlambatan dan halangan yang tak terduga.

Survey sana sini, sebenarnya ada beberapa hotel yang jadi list kami, hotel sahid, le meredien, gran mahakam dan grand kemang. Semua ada plus minusnya. Tapi akhirnya yang terbaik adalah Hotel Sahid dengan pertimbangan, lokasi strategis, di tengah-tengah pusat bisnis, Jl Sudirman. Semua orang tau lokasinya. Akses kesana mudah. Pertimbangan kedua waktu itu karena hotel sahid sedang renovasi besar-besaran, dan direncanakan akan selesai pertengahan november. Artinya saya akan mendapatkan ballroom bagus dan baru untuk acara resepsi nanti. Fresh from the oven! Sebenarnya kami semua sempat dag dig dug, siap nggak nih nanti renovasinya? Sempat juga saya malem-malem dateng kesana sama suami (sekitar pertengahan oktober), dan alamaaaak.... asbesnya masih belum di pasang! Keramik lantai baru setenga jadi! Apalagi lampu-lampu dan chandelier-nya... jangan tanya deh! Tapi untungnya janji-janji surga marketing hotel sahid ditepati juga. Sekitar awal Nov, ruangan udah 99% jadi, tinggal ac yang waktu itu belum terpasang semua. Dan saya cukup amaze dengan hasil renovasinya. Beyond my expectation. Dinding baru dan bersih, chandelier mewah, dan karpet baru! Woohoo.. We salute you Sahid Management!

Petimbangan ketiga, compare dengan hotel-hotel lain, dengan harga yang nggak jauh beda, makanan dan fasilitas yang diberikan Sahid jauh dari hotel lain. Saya nggak nyangka bahwa makanannya berlimpah ruah. Bahkan fruit display diacara tergolong mewah, ada anggur, pear, kiwi, etc etc.. nggak standar kaya catering2 pada umumnya. Belum lagi aneka salad yang mencapai 6jenis dan dessert yang sangkin banyaknya-nggak-cukup-ditanggung-perut, hihihi.. Soalnya motto ibu saya dan juga ibu mertua saya "jangan sampe kita kehabisan makanan sebelum acara selesai...malu sama tamu". And voila... pas hari H, makanan berlebih sampai selesai acara. Dan semua sodara pun bergotong royong membungkus makanan resepesi kami untuk dibawa pulang!

Dan kami pun mendapat discount 50% harga kamar untuk setiap tamu yang ingin menginap di hotel pada hari H. Nggak dibatasin jumlah kamar yang mau di booking. Satu lagi kemudahan buat kami dan seluruh keluarga besar, untuk ballrom akad dipagi hari, kami mendapat free! Padahal daya tampungnya cukup gede, buat 120rang. Dan ballroomnya juga baru selesai renovasi. Cihuy! Ternyata banyak kemudahan yang diberikan kepada kami.


Setelah makanan, menurut kami yang nomer 2 penting itu dekorasi. Sayang rasanya kalau udah dapet ballrom bagus, makanan enak, tapi dekorasi nggak sesuai. Urusan dekor, urusan perempuan. Jadi saya dan ibu saya survey kesana kesini buat compare model dan harga. Awalnya pilihan jatuh pada "kado istimewa". Penwaran dan impres dari mereka pertama kali bagus. Tapi setelah meeting ke-3, kok mulai keliatan ya marketingnya? Belum lagi saya sempat di gantung 2 minggu nggak ada kabar dari si empunya, mengenai status dekor dan penawaran harga dari saya. Jujur, saya lebih concern dengan "how they treat their customer" daripada hal-hal lain. Kalau saya sebvagai customer nggak terlalu di anggap sama mereka, gimana mereka bisa memuaskan keinginan saya nantinya?? Akhirnyapun kado istimewa saya coret dari list, dan itu udah sekitar kurang dari 2 bulan dari hari H!

Sedikiti pengalaman dari saya buat calon pengantin, kalau mau pake kado istimewa, ati ati deh. Mereka kok sepertinya profesional di awal, tapi dibelakang nggak menghargai client-nya yah. 2 minggu nyuekin client adalah hal FATAL! Emang nggak panik apa, nggak dapet kabar dari orang dekor selama 2 minggu, padahal acara tinggal 2bulan lagi?? Masalahnya waktu itu saya belum final dengan dekor, warna, bunga etc etc yang akan dipakai pas hari H. Dan menentukan detail dekor nggak segampang yang kita bayangkan.


Denga sistem kebut, akhirnya saya dapat dekor baru. Iseng-iseng saya buka weddingku.com. Namanya Tan Dekor. Vendornya nggak terlalu gede dan "bernama" kaya kado istimewa, tapi kesan saya waktu nelfon mereka cukup bagus. Waktu itu saya nelfon mereka untuk minta perincian harga dan contoh portfolionya. Sipemilik, steffany langsung bilang bahwa dia keberatan kalau contoh foto2 dikirm by email. Alasannya fair enough: mereka nggak mau contoh hasil disain mereka di contek tapi kita nggak make jasa mereka. Akhirnya dia ngasi solusi untuk ketemuan aja sambil nunjukin port folio-nya. Dan kalau ternyata nggak jadi make mereka juga nggak apa-apa. Akhirnya saya ketemu dengan steffany dan setelah nego sana sini dan memutuskan disain yang saya mau, kami pun bersalaman tanda sepakat. Deal!


Tema yang saya pilih, pink-gold. Bukan karena saya suka pink dan bukan karena saya suka gold. Tapi karena jauh hari saya udah beli baju resepsi, dimana bahan dasaranya emas dengan bordir dan payet pink diseluruh kain. No choice, saya terpaksa menyesuaikan warna biar nggak terlalu menyimpang nantinya. Untuk fresh flowers, saya sebenarnya nggak terlalu ngerti, so i leave it to my mom & steffany. Mereka sepakat untuk bunga dikombinasi hijau, ungu, putih dan merah, biar nggak terlalu monoton (pas hari H, ternyata bunga-bunganya beyond my expectaion! thanks mom!).


Fotografer dan Video, saya pake capture photography. Yang punya temen saya sendiri. Temen diving tepatnya. Saya lebih percaya sama teman daripada vendor yang saya nggak kenal. Soalnya teman pasti lebih ngerti maunya saya, apalagi saya mau momen2 yang di abadikan nggak cuma ngasal. Tapi juga valueable. Beruntung saya kenal bary....
Untuk harga, jujur ini harga teman. Dengan paket yang dikasih bary, harganya murah banget! Saya dapet 6 foto prewed cetak kanvas ukuran 50x60 (big enough!), 4 album cover leather akad dan resepsi, 1 album juga covernya leather untuk prewed (semuanya ukuran 30x25cm 20 halaman. Liputan prewed dilokasi mana aja saya mau-udah termasuk harga transport & makanan (hehehe), dan..... isi foto yang bisa saya pilih sendiri untuk dicetak. Sempat tanya fotografer kanan kiri, ternyata nggak semua foto-foto itu bisa dipilih sendiri sama pengantin untuk dicetak lho... rata2 mereka batasin beberapa foto aja, sisanya fotografer yang milihin untuk di edit dan dicetak. Dengan paket yang saya dapet, compare dengan fotgrafer lain, harganya rata2 di atas 20jutaan semua. Tapi saya...below 15juta saja.... hahahaha, sekali lagi thanks to bary.. Next dive gw janji nggak ngerjain elu lagi deh dikedalaman 25m, hihihihi...


Printil-printil seperti udangan dan souvenir.... justru kebalik dengan saya, SANGAT PENTING buat Merdi. Menurutnya, jangan sampai undangan nggak sesuai dengan hotelnya.
Heh?? I don't care....
Toh undangan juga akan dibuang sama tamu. Anyway, undangan kami warnanya ungu pekat-gold dengan stiker inisial kami sebagai penutup halaman. Idenya di ambil dari undangan hotel Dharmawangsa untuk acara corporate kakak saya. Simple dan elegan. Dan nggak pake foto-foto di dalemnya untuk menghindari kesan norak, hehehe. Dipostingan yang dulu, saya sempat mentioned souvenir kami sesuatu yang shiny. Awalnya pilihan kami jatuh pada key holder silver polos dengan bentuk unik unik. Ketika saya pesen sama vendornya, stok gantungan kuncinya masih mencukupi jumlah udangan saya. Tapi pas saya kembali besoknya buat bayar DP, tiba-tiba vendornya bilang stocknya ga cukup, dan mau diganti sama pembuka botol dengan material sama. Hell no! Besok-besok bisa bisa dia malah ganti dengan gantungan kunci kayu lagi. So, saya batalkan saat itu juga. Artinya, survey lagiiiiiiii....
Setelah ngobrol sama Merdi, akhirnya kami memutuskan untuk ganti souvenir dengan yang lebih simple dan nggak ngerepotin tamu. Pertimbangan pertama, jangan sampe bayar souvenir mahal tapi buntu-buntunya akan dibuang sama tamu... Sukur-sukur dijadikan hiasan rumah. Saya nggak rela buang duit 6000rupiah per souvenir dan berakhir di tempat sampah. Keputusan kami akhirnya jatuh pada chocolate praline buatan mba Liza. Simple, nggak ngerepotin tamu nenteng-nenteng suvenir gede sambil makan pas diresepsi dan juga NGGAK MUBASIR! hahaha... Dan yang paling seneng, kotak-kotak coklatnya simple dan elegan!
Jadi, pulang dari resepsi, para tamu bisa menyantap coklat pralin suvenir kami di mobil :) Semua senang! Cokelat Pralinenya pun enak!





Next, wedding gown... saya jait di Amil Busana. Amil busana ini khusus buat baju kawinan. Punyanya Diamod Catering yang juga buat kawinan. Alamatnya di jalan Amil daerah Pejaten. Pengalaman waktu nikahan kakak saya dulu, semua puas dengan hasil jaitannya. Harganya pun nggak terlalu mahal, kaya tukang jait kebaya kawinan lainnya. Yang pasti nggak sampe harus ngeluarin duit 5juta hanya untuk 1 baju doang. Karena saya udah kenal sama disainernya, konsultasi model dan payet-payet yang akan digunakan juga lebih enak. Orang-orang disana banyak ngasih masukan. AKhirnya untuk akad, saya milih brokat putih bersih dengan bordir dan payet emas di bagian dada ke atas dan batik untuk bawahannya. Model bajunya juga simple dan anggun. Model kerah tinggi nempel ke leher. Saya nggak suka pake kebaya model "buka-bukaan" untuk akad. Karena akad saya dilakukan dengan cara islam. Menurut saya pamer dada bukan cara yang bagus untuk memulai suatu kehidupan baru.
Dan Merdi.... hmmm akhirnya dia mau pake baju beskap warna putih plus lilitan batik di pinggang. Nggak gampang buat nyuruh dia pake baju sperti itu... hahahaha...

*makan setelah akad...wooohoo semua pada laper*

Sedangkan untuk resepsi, saya milih model krah victorian queen.. alasannya karena leher saya jenjang dan kebaya berpotongan dada rendah dengan model sabrina udah standar banget. Pertimbangan lain, model kebaya juga harus saya sesuaikan dengan hair-do saya nantinya. Yang pasti saya nggak mau model konde biasa ditaburi melati-melati bergelantungan dari kepala pengantin. Saya cuma mau pake bunga tok di sebelah telinga. Acara resepsi saya kan internasioanal, dan saya nggak punya "adat" indonesia. So, no sunting, no melati bergelantungan, no lukis-lukis jidat bak putri keraton. A perfect hair do dan fresh flower sudah cukup. Sementara Merdi, dari awal kami udah sepakat dia akan pake jas kawin model internasional, lengkap dengan rompi dan dasi. Sebenarnya ini saran dari bapak saya, yang nggak suka pake beskap dan berdiri lama-lama di pelaminan. Buang-buang duit aja jait baju yang akan dipakai 1x seumur hidup, katanya. So, para bapak-bapak pun mengenakan jas internasional yang sama dan pastinya bisa dipakai untuk acara-acara lain... hahahaha bravo to my dad!


*happy smile from bride and groom*



Anyway.. will continue later yaa..

0 lullabies from others: