May 31, 2009

There is no such thing as pure, and sincere kindness...


It has been said that the Dalai Lama, when asked what it took to be a good Buddhist, simply replied: “Be Kind”. On the surface this seems to be easy, like saying “Be a nice guy”. We can all manage that from time to time.

But if you sit with this Be kind and probe what it means to Be Kind, then the resonance of the phrase grows infinite. Be kind to others? Sure. To yourself ? Maybe.

But how to do it with out being selfish? To animals? Of course, they are God’s creature just like human. To trees and plants? They are also God’s creature too.


How bout things? How can you be kind to a toilet or the dirt you’ve swept off in the floor? By keeping the one clean and handling the other mindfully, knowing fully what it is. Nothing left out, nothing superfluous, nothing wasted. We have all been surprised by acts of kindness to us, seeming to come out of nowhere just at a crucial moment.


What is kindness? Completeness.

Imagine being kind with out discrimination. Kindness is like faith; you can not pretend to be it. There is the “fake it till you make it” practice, but you must be aware you are faking it, and that to really be it you must earn it. Kindness is not given to you, though you experience it from others. I believe we are led to kindness trough the great compassion, which I understand to be a deep comprehension of mortality, what it means to live. My practice of kindness is gratitude. I express it through the simple one, which is bowing. We do a lot of bowing in Asian traditions, but it is useful to learn what it can mean for us and not to be a mere mimicking habit.

A friend of mine once said that Buddhist kindness is the kindness that need not anything in return. I must admitt and agree with him this time.

Unlike non-buddhist, in general, we are kind to others because we want otthers to be kind to us. At best, we are kind because we want to satisfy gods, and eventually a one way trip to heaven. Tt is not a sincere kindness. We expect something good, equals or more to our kindness in return.

If being kind is what is needed to be a good buddhist, then it is not a sincere kindness either. because one is kind in order to be a good buddhist. One expects something in return.

Maybe there exists a person, who is being kind only for himself. It gives him a certain degree of satisfation by being kind. But again, it is not a sincere kindness either. Because he is being kind to get satisfaction, for himself (selfishness, an opposite of kindness?).


Trust is not belief. Love is not hope. To be open is to be kind. It ceases to be a question of choice. It is simply good. We comprehend our comprehendor. As you cannot decide to be kind or compassionate, you cannot summon this sort of grace on your own. You have to trust it is there and open to it.


*Soraya, October 21, 2005*

May 30, 2009

SORE INI CERAH....

...Dan saya memutuskan untuk duduk-duduk diteras depan. Sinar matahari sore lumayan tajam. Daun-daun dipohon jadi terlihat hijau keemasan karena pantulan matahari. angin yang lumayan kencang ngebikin dedauan bergoyang kesana-kemari. Dan udara pun mejadi segar dan adem. Taman di depan teras lumayan besar, kira-kira 8x7m. Jadi bisa ditanemin banyak tumbuhan dan bunga2.

Suasana ini mengingatkan akan rumah saya di duri. Suasana sore hari di duri. Cuaca kesukaan saya. membuat saya betah duduk berlama-lama di teras sambil memandang alam. Suasana di sore ini indah sekali....

Sayangnya saya duduk diteras rumah sakit....

May 20, 2009

Overrated Doctor

Kalo kata jeng Nita 'overrated designer', kalo kata saya 'overreated doctor'! Harus saat ini saya sedang treatment facial di dokter kulit langganan. Tapi kenyataannya saya harus menghadap sang dokter terlebih dahulu baru bisa facial. Alasannya: saya udah 5 bulan ga menghadap dokter.

Lha, jadi apa bagusnya buat saya kalo masi tetap harus bolak-balik ke dokter tapi ini jerawat ga ilang2?? Konon katanya sih, sang dokter tersohor ini udah dikenal seantero jakarta raya, malah sering masuk tipi lagi! Tapi kenyataannya, saya sebagai pasien blum 'sembuh' tuh, malah facial aja ga boleh karena absen 5bulan.. *iming2 di awal oleh marketing: ketemu dokternya cukup 2x aja, selanjutnya kalo cuma mau treatment facial, bisa langsung tanpa harus ketemu si dokter* ngemeng2, marketingnya dari pegawai sang dokter lho, bukan promosi temen saya. Which is ini udah praktek misleading! Huh!

In the other words, harus ke dokter dulu = extra biaya lagi (diluar facial). You see now kenapa overrated??

Capeeee deeee ;(

May 11, 2009

Good Attitude vs Think Before You Say Something

Beberapa hari yg lalu saya mengikuti suatu training psikologi, intinya mengenai good attitude & mindset akan menghasilkan result yang good pula... well, im not gonna talk about the training here, intinya training ini sebenarnya bagus untuk memperbaiki dan mem-boost up mental kita, terutama dalam bekerja sebagai employee disuatu perusahaan yang membutuhkan team work. Sebenarnya ngga ada yang salah dengan training ini... tapi tetap menurut saya training yang diberikan itu nggak membuat saya puas. Why? Karena Training yang dilakukan tanpa Sumber Daya Manusia yang memadai, sama dengan BULLSHIT... NATO.

Begini kata si trainer itu:

1. Training menekankan bahwa good attitude bisa dimulai dari hal-hal simple yang bisa membuat suasan sekitar menjadi lebih enak, ex: senyum dan bertegur sapa dengan SETIAP employee di kantor. Si trainer menyuruh kita untuk melakukannya setiap hari, tanpa pilih-pilih kepada siapa kita akan senyum hari ini.

Okay, saya setuju. Kebetulan saya kenal dan cukup tau prilaku trainer yang mengajar itu. secara pribadi, saya nggak ada masalah dengan dia, begitu pula urusan kerjaan.Tapi masalahnya si trainer itu sendiri TIDAK melakukan hal itu dalam lingkungan kantor. Jangankan bertegur sapa basa basi, di kasi senyum aja sama dia udah bangus kalo selisih di jalan. Biasanya sih yang ada dia melengos kalo jalan berpapasan sama kita.


2. Selain good attitude, yang perlu di terapkan dalam dunia kerja (dan juga dalam sehari-hari) adalah konsistensi. Konsistensi terhadap pekerjaan yang udah dimulai, waktu, prosedur, keputusan, etc etc.

Sekali lagi, agree. Namun, pada kenyataannya, nggak usah jauh-jauh deh, konsistensi terhadap apa yang diomongkan aja nggak bisa dilakukan. Ex; seseorang yang udah nyuruh kita senyum senyum terhadap apa aja tiap hari, apakah dia akan konsisten juga untuk melakukan hal yang sama? I dont think so.

You see, betapa ironic-nya seorang trainer psikologi menyuruh kita melakukan sesuatu hal yang sebenarnya sangat sangat bagus, tapi tidak dilakukan oleh dirinya sendiri. As a matter of fact, apa yang dia lakukan adalah sebalik, diikuti dengan dalih..."saya kan juga manusia biasa yang nggak luput dari kesalahan...". Well, menurut saya, kalau hal tersebut sudah diajarakan olehnya berulang-ulang dalam tiap kesempatan training, nggak mungkin d0ng dia luput dari kesalahan. Karena harusnya hal tersebut diterapkan pada dirinya sendiri, sehingga menghasilkan kebiasan, which leads to a good result.

Berbicara/menyuruh orang untuk melakukan sesuatu tanpa diikuti dengan tindakan yang pantas dan sesuai, hanya akan membuat penilaian jelek dari orang-orang sekitarnya...lebih sedih lagi, akan menjadi bahan tertawaan. Think before you say something.

I dont need to be told about good attitude, especially from people like her...because my parents has taught me how to be a good person or at least a better person than you....

*postingan ini tidak bermaksud menjelek2an seseorang... tapi ini adalah kritik membangun buat para trainer, terutama yang berhubungan dengan psikologi*